Terbayang saat aku tamat asal Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pangaribuan tahun 1989, ibu saya menerima pengumuman, diminta tanda tangan dan berbicara pengalaman perihal bagaimana cara mendidik anak. Apa yang terjadi? Mirip sekali dalam kisah ini.
Mendidik anak teladan
Kurang lebih pukul 7 malam, orang tua siswa mulai masuk ke dalam ruangan kelas di sekolah. Beberapa orang tua terlihat penuh sopan santun, ada juga orang tua yang kelihatannya sombong, ada juga yg terlihat sangat berhati-hati.Sesaat setelah seorang guru mulai menutup pintu serta memulai rapat, pintu yg baru saja ditutup terbuka secara perlahan, seorang pria paruh baya, badannya kotor penuh debu membuka pintu. Dengan wajah senyum dia meminta maaf sebab tiba terlambat. Kehadirannya menarik perhatian orang tua anak didik lainnya.
Dia mengenakan pakaian kerja yg telah luntur serta penuh bercak cat. Celananya pekat penuh debu, dia memakai sepatu boot berlumpur. Dia kelihatan baru pulang kerja bangunan. Guru itu berkata: "permisi, bapak siapa?" laki-laki paruh baya itu mengatakan: "saya ayahnya Amiruddin" guru itu terlihat kaget, tapi segera meminta laki-laki itu menandatangani buku kehadiran.
Dia mengenakan pakaian kerja yg telah luntur serta penuh bercak cat. Celananya pekat penuh debu, dia memakai sepatu boot berlumpur. Dia kelihatan baru pulang kerja bangunan. Guru itu berkata: "permisi, bapak siapa?" laki-laki paruh baya itu mengatakan: "saya ayahnya Amiruddin" guru itu terlihat kaget, tapi segera meminta laki-laki itu menandatangani buku kehadiran.
Ayah dari Amiruddin dengan muka yg tertunduk berkata: "maaf, pak. Aku tidak bisa membaca dan menulis..." para orang tua anak didik lainnya terdengar ada yg mulai menertawakan, oleh guru tadi pun mengatakan: "tidak apa-apa, aku yg akan membantu bapak mengisi tanda tangan."
Lalu guru tersebut mulai menyampaikan, tujuan diadakannya rapat orang tua anak didik, agar setiap orang tua bisa saling berbagi pengalaman, bagaimana cara mendidik anak dan kesannya selama mendidik anak.
Lalu guru tersebut mulai menyampaikan, tujuan diadakannya rapat orang tua anak didik, agar setiap orang tua bisa saling berbagi pengalaman, bagaimana cara mendidik anak dan kesannya selama mendidik anak.
Ada dua-tiga orang tua murid memberikan pengalaman mereka mendidik anak-anak mereka, bagaimana mereka mendidik anak mereka dengan ketat, supaya mereka mau menyelesaikan PR mereka, membantu anak-anak mereka mencarikan guru les tambahan, dll.
Pada saat pengajar tadi meminta ayah dari Amiruddin untuk berbicara, beliau memperkenalkan, "Amiruddin merupakan seorang siswa teladan dengan nilai terbagus di kelas. Pelajaran matematika selalu terbaik, ia tidak pernah terlambat, selalu bersikap baik terhadap teman-temannya. Mari sama-sama kita dengarkan bagaimana ayah Amiruddin mendidik anaknya."
Tidak sedikit orang tua siswa lainnya tampak kaget. Bapak yang tidak terpelajar namun mempunyai anak yang hebat. Ayah Amiruddin dengan sedikit canggung mulai berjalan ke depan. Ia sedikit tertunduk, tak begitu berani menatap mata para orang tua lainnya.
Aku tidak sekolah, tidak dapat membaca dan menulis, saya tidak memahami bagaimana cara-cara hebat mendidik anak. Saya hanya suka bercakap-cakap dengan anak saya. Anak saya senang duduk di sebelah saya pada saat saya bekerja. Aku tak bisa memberi uang jajan kepada anak saya, dia tidak bermain internet, tidak belanja macam-macam. Dia sering sekali membantu saya di rumah.
Setelah selesai berbicara, dia membungkuk hormat pada sang guru! Orang tua murid lainnya terpaku tidak bergeming, hati mereka sangat tersentuh oleh perkataannya. Ayah ini tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan tidak ekonomi yg cukup, tetapi ia sangat hormat pada guru. Dia pula suka menemani anaknya. Inilah caranya dalam mendidik anak!
Catatan dari Pak Dimpun:
Terimakasih bagi siapapun yang telah menuliskan artikel ini di forum merdeka, anda telah membuat saya lebih menghargai kedua orangtua saya, walau tidak sekolah, bagi saya beliau S2 karena mampu membuat saya S1.
Lalu bagaimana saya bisa kuliah? Semua berkat bantuan dua malaikat. Bapak dan Ibu Guru saya: Pak Siahaan dan Ibu Silaban.
Pada saat pengajar tadi meminta ayah dari Amiruddin untuk berbicara, beliau memperkenalkan, "Amiruddin merupakan seorang siswa teladan dengan nilai terbagus di kelas. Pelajaran matematika selalu terbaik, ia tidak pernah terlambat, selalu bersikap baik terhadap teman-temannya. Mari sama-sama kita dengarkan bagaimana ayah Amiruddin mendidik anaknya."
Tidak sedikit orang tua siswa lainnya tampak kaget. Bapak yang tidak terpelajar namun mempunyai anak yang hebat. Ayah Amiruddin dengan sedikit canggung mulai berjalan ke depan. Ia sedikit tertunduk, tak begitu berani menatap mata para orang tua lainnya.
Ia menyapaikan: saya senang melihat anakku mengerjakan pr nya. Setiap pulang kerja, tak peduli seberapa capeknya saya, saya akan duduk di sampingnya melihatnya mengerjakan pr
.
Suatu hari, anak saya bertanya kepada aku:
"ayah, setiap hari melihat aku mengerjakan pr, apa ayah mengerti apa yg aku kerjakan?"aku menjawab
"ayah tak mengerti."kemudian anak saya bertanya lagi:
"ayah, jika ayah tidak mengerti bagaimana ayah tahu aku mengerjakannya benar atau tidak?"dan saya berkata:
"Bila engkau mengerjakannya menggunakan cepat, maka ayah tahu bahwa soal ini sangat sederhana; Bila engkau menyalakan kipas angin, mengambil minum, maka ayah tahu bahwa soal tadi susah."
Saya hanya seorang buruh bangunan. Suatu kali aku mengangkat kepala saya serta melihat bangunan tinggi yg saya bangun, saya bertanya pada anakku, apakah kamu mau tinggal di rumah yg tinggi, yang besar, tempat tinggal yang indah ? Mengendarai kendaraan beroda empat bagus? Anak aku menganggukkan kepalanya. Saya berkata: "oleh sebab itu belajarlah dengan baik."
Setelah selesai berbicara, dia membungkuk hormat pada sang guru! Orang tua murid lainnya terpaku tidak bergeming, hati mereka sangat tersentuh oleh perkataannya. Ayah ini tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan tidak ekonomi yg cukup, tetapi ia sangat hormat pada guru. Dia pula suka menemani anaknya. Inilah caranya dalam mendidik anak!
anak Pak Dimpun |
Terimakasih bagi siapapun yang telah menuliskan artikel ini di forum merdeka, anda telah membuat saya lebih menghargai kedua orangtua saya, walau tidak sekolah, bagi saya beliau S2 karena mampu membuat saya S1.
Lalu bagaimana saya bisa kuliah? Semua berkat bantuan dua malaikat. Bapak dan Ibu Guru saya: Pak Siahaan dan Ibu Silaban.
Saya tidak tahu dimana beliau sekarang bertugas. Apa yang saya lakukan selama kuliah biar bisa tetap bertahan sampai tamat?
Hanya sahabat saya Janpiter Sormin (saat ini 2016, tinggal di Parapat) yang tau persis dan mau menjelaskan semua dengan jujur. Semoga dapat menginspirasi semua.
Salam dari Penting Bagi Calon Orang Penting
Salam dari Penting Bagi Calon Orang Penting